BAB I.
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Kambing merupakan salah satu komoditas ternak yang
cukup potensial untuk dikembangkan. Ternak ini banyak dipelihara di
pedesaan,karena telah diketahui kemampuannya beradaptasi dengan lingkungannya
yang sederhana, miskin pakan, dan dapat lebih efisien dalam mengubah pakan yang
berkualitas rendah menjadi air susu dan daging. Disamping itu kambing mempunyai
kemmpuan reproduksi relative tinggi dan tahan terhadap serangan penyakit.
Populasi ternak kambing dengan berbagai jenis yang ada
di Jawa Tengah pada tahun 2002 berjumlah 2.974.917 ekor.Populasi ternak kambing
tersebut tersebar dibeberapa kabupaten di Jawa Tengah.Kambing PE ( peranakan ettawa ) pada umumnya pada jumlah populasi yang relatife
lebih kecil, Karenajumlah peternak yang memilih memelihara ternak kambing PE
masih belum banyak. Disisi lain, masih sedikitnya peternak memelihara PE
dikarenakan beberapa hal, antara lain : Bibit kambing etawa harganya relative
lebih mahal, bibitnya sulit diperoleh dan terbatasnya populasi.
Ternak kambing khususnya kambing Peranakan Ettawa
(PE), merupakan salah satu sumberdaya penghasil bahan makanan berupa daging dan
susu yang memiliki nilai ekonomi yang tinggi, dan penting artinya bagi
masyarakat. Seiring hal tersebut peternakan kambing memiliki peluang yang cukup
besar dengan semakin sadarnya masyarakat akan kebutuhan gizi yang perlu segera
dipenuhi.
Peternakan kambing dalam perkembanganya tidaklah semudah
yang kita bayangkan. Banyak hal yang menjadi masalah dalam perkembanganya, beberapa
masalah tersebut adalahPemeliharaan yang masih bersifat tradisional, Terbatasnya ketersediaan bakalan yang merupakan
pengeluaran terbesar dalam suatu proses produksi, Keterbatasan
fasilitas yang menimbulkan efek langsung pada proses produksiManajemen pakan
yang kurang baik.
B.
Tujuan
dan
Kegunaan Praktek Kerja Lapang
Adapun tujuan dan kegunaan Praktek
Kerja Lapang ini adalah sebagai berikut:
1. Tujuan
Adapun tujuan dalam
pelaksanaan praktek kerja lapang ini adalah sebagai berikut:
a.
Mengetahui cara
pemeliharaan kambing PE
b.
Mengetahui cara
pemberian pakan
c.
Mengetahui cara
pengendalian penyakit
2. Kegunaan
Adapun kegunaan
dalam pelaksanaan praktek kerja lapang yaitu
a.
Mampu
merasakan dan menganalisa masalah-masalah yang ada pada usaha peternakan
kambing PE, yang pada gilirannya mampu menerapkan strategi yang tepat untuk
pemecahannya serta memberi tambahan informasi dan wawasan ilmu pengetahuan di
bidang peternakan.
b.
Mahasiswa memiliki pengalaman
praktis dalam kegiatan pengelolaan peternakan kambing PE sebagai bekal kesiapan
mahasiswa dalam menghadapi dunia kerja.
BAB II
TINJAUAN
PUSTAKA
A. Usaha
Beternak Kambing
Kambing banyak dipelihara oleh penduduk pedesaan
(Mulyono, 2003).Dijelaskan lebih lanjut, alasannya pemeliharaan kambing lebih
mudah dilakukan daripada ternak ruminansia besar. Kambing cepat berkembang biak
dan pertumbuhan anaknya juga tergolong cepat besar. Menurut Sarwono (2005),
nilai ekonomi, sosial, dan budaya beternak kambing sangat nyata. Dijelaskan
lebih lanjut, besarnya nilai sumber daya bagi pendapatan keluarga petani bisa
mencapai 14-25 % dari total pendapatan keluarga dan semakin rendah tingkat per
luasan lahan pertanian, semakin besar nilai sumber daya yang diusahakan dari
beternak kambing.
Pendapatan dan nilai tambah beternak kambing akan
semakin nyata jika kaidah-kaidah usaha peternakan diperhatikan. Kaidah-kaidah
itu antara lain penggunaan bibit yang baik, pemberian pakan yang cukup dari
segi gizi dan volume, tatalaksana pemeliharaan yang benar, serta memperhatikan
permintaan dan kebutuhan pasar.
Kambing adalah hewan dwi guna, yaitu sebagai penghasil
susu dan sebagai penghasil daging (Williamson dan Payne, 1993). Kambing PE
adalah bangsa kambing yang paling populer dan dipelihara secara luas di
India dan Asia Tenggara (Devendra dan Burns, 1994). Ciri-ciri kambing PE adalah
warna bulu belang hitam putih atau merah dan coklat putih, hidung melengkung,
rahang bawah lebih menonjol, jantan dan betina memiliki tanduk, telinga panjang
terkulai, memiliki kaki dan bulu yang panjang (Sosroamidjojo, 1991). Kambing PE
telah beradaptasi terhadap kondisi dan habitat Indonesia (Mulyono, 2003).
Mulyono dan Sarwono (2005) menyatakan, bila tata
laksana pemeliharaan ternak kambing yang sedang bunting atau menyusui dan
anaknya baik, maka bobot anak kambing bisa mencapai 10-14 kg/ekor ketika
disapih pada umur 90-120 hari. Menurut Williamson dan Payne (1993), untuk
kambing pedaging ada kecenderungan menunda penyapihan untuk memberikan
kesempatan anak kambing memperoleh keuntungan yang maksimal dari susu induknya.
B. Sistem
Pemeliharaan
Sistem pemeliharaan secara ekstensif umumnya dilakukan
di daerah yang mahal dan sulit untuk membuat kandang, kondisi iklim yang
menguntungkan, dan untuk daya tampung kira-kira tiga sampai dua belas ekor
kambing per hektar (Williamson dan Payne 1993).Sistem pemeliharaan secara
ekstensif, induk yang sedang bunting dan anak-anak kambing yang belum disapih
harus diberi persediaan pakan yang memadai (Devendra dan Burns, 1994).Rata-rata
pertambahan bobot badan kambing yang dipelihara secara ekstensif dapat mencapai
20-30 gram per hari (Mulyono dan Sarwono, 2005).
Sistem pemeliharaan secara intensif memerlukan
pengandangan terus menerus atau tanpa penggembalaan, sistem ini dapat
mengontrol dari faktor lingkungan yang tidak baik dan mengontrol aspek-aspek
kebiasaan kambing yang merusak (Williamson dan Payne 1993).Dalam sistem
pemeliharaan ini perlu dilakukan pemisahan antara jantan dan betina, sehubungan
dengan ini perlu memisahkan kambing betina muda dari umur tiga bulan sampai
cukup umur untuk dikembangbiakkan, sedangkan untuk pejantan dan jantan harus
dikandangkan atau ditambatkan terpisah (Devendra dan Burns, 1994). Pertambahan
bobot kambing yang digemukkan secara intensif bisa mencapai 100-150 gram per
hari dengan rata-rata 120 gram per hari atau 700-1.050 gram dengan rata-rata
840 gram per minggu (Mulyono dan Sarwono, 2005).
Sistem pemeliharaan secara semi intensif merupakan
gabungan pengelolaan ekstensif (tanpa penggembalaan) dengan intensif, tetapi
biasanya membutuhkan penggembalaan terkontrol dan pemberian pakan
konsentrattambahan (Williamson dan Payne 1993).Menurut Mulyono dan
Sarwono (2005), pertambahan bobot kambing yang digemukkan secara semi-intensif,
rata-rata hanya 30-50 gram per hari.
C. Pakan
Menurut Sarwono (2005), kambing membutuhkan hijauan
yang banyak ragamnya. Kambing sangat menyukai daun-daunan dan hijauan seperti
daun turi, akasia, lamtoro, dadap, kembang sepatu, nangka, pisang, gamal, puteri
malu, dan rerumputan.Selain pakan dalam bentuk hijauan, kambing juga memerlukan
pakan penguat untuk mencukupi kebutuhan gizinya.Pakan penguat dapat terdiri
dari satu macam bahan saja seperti dedak, bekatul padi, jagung, atau ampas tahu
dan dapat juga dengan mencampurkan beberapa bahan tersebut.Sodiq (2002)
menjelaskan, ditinjau dari sudut pakan, kambing tergolong dalam kelompok
herbivora, atau hewan pemakan tumbuhan.Secara alamiah, karena kehidupan awalnya
di daerah-daerah pegunungan, kambing lebih menyukai rambanan
(daun-daunan) daripada rumput.
Menurut Kartadisastra (1997), kebutuhan ternak
ruminansia terhadap pakan, dicerminkan oleh kebutuhannya terhadap nutrisi.
Jumlah kebutuhan nutrisi setiap harinya sangat tergantung pada jenis ternak,
umur, fase (pertumbuhan, dewasa, bunting atau menyusui), kondisi tubuh (sehat,
sakit), dan lingkungan tempat hidupnya (temperatur dan kelembaban nisbi udara).
Pakan sangat dibutuhkan oleh kambing untuk tumbuh dan
berkembang biak, pakan yang sempurna mengandung kelengkapan protein,
karbohidrat, lemak, air, vitamin dan mineral (Sarwono, 2005). Pemberian pakan
dan gizi yang efisien, paling besar pengaruhnya dibanding faktor-faktor lain,
dan merupakan cara yang sangat penting untuk peningkatan produktivitas (Devendra
dan Burns, 1994).
D. Perkandangan
Kandang diusahakan menghadap ke
timur agar memenuhi persyaratan kesehatan ternak.Bahan yang digunakan harus
kuat, murah dan tersedia di lokasi.Kandang dibuat panggung dan beratap dengan
tempat pakan dan minum.Dinding kandang harus mempunyai ventilasi (lubang angin)
agar sirkulasi udara lebih baik.
Kambing sebaiknya dipelihara dalam
kandang untuk:
a.
Memudahkan dalam
pengawasan terhadap kambing yang sakit atau yang sedang dalam masa kebuntingan.
b.
Memudahkan dalam
pemberian pakan.
c.
Menjaga keamanan
ternak.
Ukuran Kandang
a.
Anak: 1 X 1,2 m /2 ekor
(lepas sapih)
b.
Jantan dewasa: 1,2 X
1,2 m/ ekor
c.
Dara/ Betina dewasa:1 X
1,2 m /ekor
d.
Induk dan anak: 1,5 X
1,5 m/induk + 2 anak
BAB III
METODE PRAKTEK KERJA LAPANG
A. Waktu dan Tempat Pelaksanaan Praktek Kerja Lapang
Waktu pelaksanaan Praktek Kerja Lapangan (PKL) adalah
selama 45 hari terhitung sejak tanggal 15 Agustus sampai dengan tanggal 30
September 2013.
Tempat pelaksanaan Praktek Kerja Lapangan (PKL)
adalah Dinas pertanian dan peternakan Kabupaten Pinrang, yang kemudian
dialihkan ke kawasan peternakan Kabupaten Pinrang yaitu Instalasi Perbibitan
Rakyat (IPR) Malimpung kecamatan Patampanua Kabupaten Pinrang.
B.
Jenis Dan Bentuk Kegiatan Yang Dilakukan
Adapun jenis dan bentuk kegitan yang dilakukan
adalah sebagai berikut:
1.
Pengenalan Dinas Pertanian dan Peternakan Kab. Pinrang
2.
Melaksanakan program pemeliharaan ternak kambing PE
3.
Pengobatan pada ternak yang sakit.
4.
Sanitasi kandang
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Profil Kabupaten
Pinrang
1. Letak Geografis
Kabupaten Pinrang dengan ibukota
Pinrang terletak 185 km disebelah utara ibukota Propinsi Sulawesi Selatan,
berada pada posisi 3°19’13” sampai 4°10’30” lintang selatan dan 119°26’30”
sampai 119°47’20” bujur timur. Secara administratif, Kabupaten Pinrang terdiri
atas 12 kecamatan, 39 kelurahan dan 65 desa. Batas wilayah Kabupaten ini adalah
sebelah Utara dengan Kabupaten Tana Toraja, sebelah Timur dengan Kabupaten
Sidenreng Rappang dan Enrekang, sebelah Barat Kabupaten Polmas Propinsi
Sulawesi Barat dan Selat Makassar, sebelah Selatan dengan Kota Parepare. Luas
wilayah Kabupaten mencapai 1. 961,77 km².
2. Topografi Wilayah
Kondisi
Topografi wilayah pada umumnya berbukit bukit dengan ketinggian 100 – 2000
meter di atas permukaan laut.
3.
Wilayah Administrasi
Kabupaten
Pinrang terdiri dari 12 Kecamatan meliputi 64 Desa dan 39 kelurahan.
Kabupaten Pinrang memiliki garis pantai sepanjang 93 Km sehingga terdapat areal
pertambakan sepanjang pantai, pada dataran rendah didominasi oleh areal
persawahan, bahkan sampai perbukitan dan pegunungan. Kondisi daerah tersebut di
atas mendukung Kabupaten Pinrang sebagai daerah potensial untuk sektor
pertanian dan memungkinkan berbagai komoditi pertanian (tanaman pangan,
perikanan, perkebuanan dan Peternakan) untuk dikembangkan. Ketinggian wilayah 0 – 500 m diatas
permukaan laut (60, 41%), ketinggian 500 – 1000 m diatas permukaan laut
(19,69%) dan ketinggian 1000 m diatas permukaaan (9,90%).
4.
Keadaan Iklim
Kabupaten
Pinrang dipengaruhi oleh 2 musim pada satu periode yang sama, untuk wilayah
kecamatan Suppa dan Lembang di pengaruhi oleh musim Sektor barat dan lebih
dikenal dengan sektor peralihan dan 10 kecamatan lainnya termasuk sektor timur.
Dimana puncak hujan jatuh pada Bulan April dan Oktober. Berdasarkan data curah
hujan termasuk tipe iklim A dan B (Daerah basah) suhu ratarata normal 270C
dengan kelembaban uadara kurang lebih 80% sampai 85%.
B. Potensi Kabupaten
Pinrang
1.Pertanian
Potensi
sektor pertanian di Kabupaten Pinrang terutama tanaman pangan dengan komoditas
andalan padi, sangat besar sehingga dapat diandalkan sebagai salah satu andalan
stimulator perekonomian daerah ini.Dengan potensi dan keunggulan tersebut
Kabupaten Pinrang ditetapkan sebagai salah satu sentra produksi utama
pengembangan tanaman padi di Sulawesi Selatan.Adapun
lahan panen untuk produksi padi tahun 2008 adalah seluas 85. 259 Ha dan mampu
memproduksi padi sebanyak 540. 115 ton, komoditas lainnya yang juga merupakan
komoditas andalan adalah tanaman palawija seperti jagung. Produksi jagung di
Kabupaten Pinrang Tahun 2008 sebesar 13. 718 ton dengan luas panen 3. 904 Ha.
Sedangkan hortikultura (buahbuahan) sebanyak 185. 749 ton dan
sayur sayuran seluas 1. 326 Ha dengan
produksi sebesar 7. 800 ton.
Luas sawah
46. 615 ha, berpengairan teknis 37. 575 ha (85 %), yang dapat ditanami tanaman
padi dua kali setahun, ratarata luas tanam padi 5 tahun terakhir seluas 86.
305,83 Ha, produktifitas sebesar 60,35 Kw/ha, produksi sebesar 491. 295
ton GKG dan surplus beras sebesar 244. 292 ton/tahun setara beras atau
menyumbang (12%) dari target surplus beras 2 juta ton SulSel. Luas
tanam jagung tahun 2009, seluas 18. 351 ha, produktifitas 57,33 kw/ha, produksi
sebesar 81. 581 ton, (5,4 %) dari target produksi 1,5 juta ton SulSel. Bantuan
benih tahun 2009, bantuan benih langsung (BLBU) tahun 2009 melalui SLPTT padi
non hibrida 4. 500 ha (180 unit), padi hibrida 15. 000 ha, jagung hibrida 3000
ha dan kedele 500 ha, sedang bantuan benih melalui cadangan benih nasional,
padi non hibrida 1. 026 ha, padi gogo 700 ha, jagung 5. 500 ha.
2. Perkebunan
Tanaman perkebunan yang cukup dominan di Kabupaten
Pinrang antara lain kakao yang berproduksi 24. 553 ton dan kelapa (kelapa dalam
dan kelapa hybrida) dengan produksi sebanyak 8. 987 ton (DISTANAK, 2013).
3.
Peternakan
Jenis ternak yang diusahakan petani di Kabupaten
Pinrang yaitu sapi, kerbau, kuda dan
kambing. Sedangkan jenis unggas yaitu ayam buras, ayam ras petelur, ayam ras
pedaging serta itik.
4.
Perikanan dan Kelautan
Potensi sumber daya laut untuk Kabupaten Pinrang yang
mempunyai panjang pantai ± 93 Km sangat berlimpah dengan komoditas andalan
antara lain perikanan laut dan darat khususnya komoditas ikan dan udang.
Produksi udang di Kabupaten Pinrang sebagian besar dipasarkan keluar daerah
antar pulau maupun ekspor dengan produksi perikanan darat tahun 2008 sebesar
880,85 ton dengan luas areal pengusahaan seluas 17. 173,45 Ha yang terdiri dari budidaya
air payau maupun air tawar.
Kabupaten
Pinrang dikenal sebagai salah satu “Lumbung Pangan” di Sulawesi Selatan
sekaligus penghasil udang, ikan bandeng, ikan laut, kakao, kopi, kemiri dan
kelapa. Sebagai daerah pertanian yang memiliki sumberdaya alam yang cukup,
Pinrang juga memiliki kekayaan laut yang membentang sekitar 93 Km dari Parepare
sampai ke Polewali Mandar (Polman) Sulbar dan luas Kabupaten Pinrang
yaitu 1. 961,77 km2. Secara administrasi pemerintahan Kabupaten Pinrang terbagi
atas 12 Kecamatan yaitu Kecamatan Lembang, Batulappa, Duampanua, Cempa,
Patampanua, Tiroang, Paleteang, Watang Sawitto, Mattiro Bulu, Lanrisang,
Mattiro Sompe dan Suppa. dari 12 Kecamatan tersebut terdapat 6 (enam) kecamatan
yang berada di Wilayah Pesisir dan Laut yaitu Kecamatan Lembang, Duampanua,
Cempa, Mattiro Sompe, Lanrisang dan Suppa serta Kabupaten Pinrang memiliki 16
Desa pantai dan 5 Kelurahan pantai. Kabupaten Pinrang dapat dijangkau dengan
menggunakan transportasi darat, jarak tempuh dari Kota Makassar adalah
sepanjang 173 km dengan waktu tempuh sekitar 3,5 jam.
5. Kehutanan
Peranan
hutan erat hubungannya dengan munculnya industri sebagai dimensi baru dalam
kehidupan ekonomi manusia. Saat ini hutan tidak lagi sematamata dipandang
sebagai sumber diperolehnya tanah pertanian baru melainkan sebagai sumber bahan
mentah untuk industri, misalnya kayu, rotan dan damar. Areal hutan yang ada di
Kabupaten Pinrang seluas 72. 828 Ha dengan rincian fungsi yaitu : Hutan lindung
seluas 46. 782 Ha, Hutan produksi terbatas seluas 26. 049 Ha dan lahan kritis
seluas 19. 000 Ha serta untuk pesisr pantai yang memungkinkan untuk
rehabilitasi hutan mangrov sepanjang ± 92 km.
C.
Instalasi Perbibitan Rakyat (IPR) Malimpung
Instalasi Perbibitan Rakyat (IPR) Malimpung merupakan
suatu usaha peternakan yang sedang dikembangkan oleh bidang pengembangan produksi
dan agribisnis peternakan Dinas pertanian dan peternakan Kabupaten Pinrang.
Instalasi Perbibitan Rakyat (IPR) Malimpung sudah masuk dalam tahun anggaran
2011, dan sementara dioperasikan pada tahun 2012.
Adapun komuditas yang sementara dikembang dalam kawasan
Instalasi Perbibitan Rakyat Malimpung ini yaitu jenis sapi potong, Kamping
peranakan Ettawa, dan Ayam KUB .
Luas lahan untuk Instalasi
Perbibitan Rakyat (IPR) ini yaitu seluas 900 m2. Dengan pembagian
lahan masing masing memiliki fungsi tersendiri. Dengan kata lain, dengan luas 9
Ha tersebut dibagi menjadi beberapa bagian area seperti untuk kantor, rumah,
kandang, lahan Hijauan makanan ternak (HMT), Daerah Air Minum (DAM)/ embung dan
padang penggembalaan untuk ternak.
Adapun lokasi Instalasi Perbibitan
Rakyat (IPR) Malimpung ini yaitu tepatnya berada dalam kawasan peternakan
Kabupaten Pinrang yang terletak di desa Malimpung Kecamatan Patampanua
Kabupaten Pinrang. Sebelah selatan Kawasan ini berbatasan langsung dengan
Kecamatan Paleteang, disebelah barat
berbatasan dengan desa Mattiroade, dan disebelah utara dan timur masingmasing
berbatasan dengan desa Sipatuo dan desa Padang Loang.
D.
Pembahasan
Beternak kambing, merupakan salah
satu usaha yang cukup menjanjikan karena;
1.
Tidak memerlukan lahan
yang luas
2.
Memilikidaya adaptasi
yang tinggi terhadap lingkungansehingga mudah dipelihara dan dikembangkan
3.
Untuk berkembang biak
tidak memerlukanwaktu yang lama
4.
Bahan pakan tidak mahal
harganya karena dapat memanfaatkan limbah pertanian. Selain itu kambing
merupakan sumber protein yang bernilai gizi tinggi
E.
Sistem Pemeliharaan
Instalasi Perbibitan Rakyat( IPR )
menggemukan kambing PE jantan untuk penghasil daging dan memelihara kambing PE
betina untuk induk, sebagai penghasil anak. Pemilihan bakalan dilakukan dengan
cara melihat cirinya yang mendekati Ettawa yaitu warna bulu belang hitam putih
atau merah dan coklat putih, hidung melengkung, rahang bawah lebih menonjol,
jantan dan betina memiliki tanduk, telinga panjang terkulai, memiliki kaki dan
bulu yang panjang dan kesehatannya.
Sistem pemeliharaan yang digunakan
di Instalasi Perbibitan Rakyat (IPR) adalah sistem pemeliharaan secara semi intensif
yaitu menempatkan kambing dalam kandang dan mengembalakan , sehingga memudahkan
dalam pemantauan kesehatan ternak dan supaya bisa mencari pakan dipadang
pengembalaan dengan sendirinya.
Anak Kambing yang Dipilih untuk Bakalan.
Untuk memudahkan dalam pengontrolan ternak, di Instalasi
Perbibitan Rakyat sudah mulai melakukan rekording pada ternak.Kegiatan ini
dilakukan untuk memudahkan dalam pengelolaan atau pemeliharaan ternak. Hal-hal
yang dicatat dalam kartu rekording antara lain jenis kelamin, nomor ternak,
penyakit, umur, keadaan ternak dan jenis pakan yang diberikan. Rekording di
peternakan ini masih banyak kekurangannya, antara lain belum ada data tentang
induk ternak, kebuntingan, dan cara perkawinan (IB atau alami)..
F. Pakan
Pakan yang diberikan dapat terdiri dari konsentrat dan dedak
dengan perbandingan1: 3 atau penggabungan beberapa bahan pakandengan
perbandingan dedak sebanyak 50%,bungkil kelapa 25%, tepung jagung 15%, bungkilkacang
tanah 8%, garam dapur 1%, tepung tulang0,5% dan kapur 0,5% sebagai pakan
tambahan.Kambing dapat diberikan rumput-rumput seperti:rumput gajah, rumput
setaria, rumput benggala,rumput raja dan rumput alam dan dedaunan,seperti daun
lamtoro, daun turi, daun gamal, daunkacang dan daun kaliandra.
Pakan hijauan /rumput dapat diberikan sebanyak 15 - 20% dari berat
badankambing. Pakan konsentrat dapat diberikan 0,5kg/ekor/hari untuk memacu
pertumbuhan beratbadan, dapat diberikan growth stimulant (GS)berupa Bio-N-Plus.
Pemberian Pakan
Komposisi rumput dan daunan
untuk kambing :
Kambing dewasa membutuhkan 75% rumput dan25% daunan
Kambing bunting membutuhkan 60% rumput dan40% daunan
Kambing menyusui membutuhkan 50% rumputdan 50% daunan
Kambing Anak lepas membutuhkan 60% rumputdan 40% daunan.
G.
Perkandangan
Sistem
perkandangan di Instalasi Perbibitan Rakyat ( IPR ) adalah sistem perkandangan
kelompok. Kandang merupakan salah satu unsur tata laksana yang harus
mendapatkan perhatian yang cukup. Kandang yang baik akan memberikan dampak
positif baik bagi ternak itu sendiri maupun bagi peternak. Perkembangan ternak
akan optimal karena mempunyai tempat tinggal yang nyaman dan bersih. Pada
akhirnya ternak bisa terhindar dari penyakit karena sanitasi kandang yang baik.
Faktor
yang harus diperhatikan dalam pembuatan kandang adalah suhu, cahaya, ventilasi
dan kelembaban. Artinya kandang cukup mendapat cahaya matahari, mempunyai
ventilasi yang baik dan mendapatkan udara segar yang cukup.
Bahan-bahan
pembuat kandang yaitu lantai, dinding dan tempat pakan harus terbuat dari bahan
yang mudah didapat dan tahan lama.Penempatan kandang cukup jauh dari rumah
penduduk, sehingga kontaminasi dengan kandang semakin kecil.Ukuran kandang
untuk masing-masing status fisiologis kambing juga harus diperhatikan.
Untuk
kandang kambing yang sedang beranak ukurannya 120 cm x 120 cm/ekor; kandang
induk ukurannya 100 cm x 125 cm/ekor; kandang anak ukurannya 100 cm x 125
cm/ekor; kandang pejantan ukurannya 110 cm x 125 cm/ekor dan untuk kandang dara
ukurannya 100 cm x 125 cm/ekor.Untuk kambing yang sakit dibuatkan kandang
terpisah agar penyakitnya tidak menular.
Dalam hal ini kandang memiliki
fungsi sebagai berikut ini:
a. Kandang harus dapat melindungi
kambing dari hewan-hewan pemangsa maupun hewan penganggu.
b. Kandang harus dapat mempermudah
kambing dalam melakukan aktifitas keseharian kambing seperti makan, minum,
tidur, kencing, atau buang kotoran.
c. Kandang dapat mempermudah peternak
dalam melakukan pengawasan dan menjaga kesehatan ternak.
d. Sebagai tindakan preventif agar
supaya kambing tidak merusak taneman dan fasilitas lain yang berada di sekitar
lokasi kandang, serta menghindari terkonsumsinya pakan yang berbahaya bagi
kesehatan kambing.
H. Pengendalian Penyakit
Kegiatan pengendalian penyakit yang dilakukan
meliputi, sanitasi kandang, sanitasi peralatan, sanitasi lingkungan
perkandangan, dan sanitasi pekerja.Kandang dibersihkan setiap satu minggu
sekali.Sanitasi pekerja dilakukan dua kali sehari (mandi) yaitu sebelum dan
sesudah melakukan aktivitas di kandang.Sanitasi pekerja dilakukan agar
kebersihan dan kesehatan pekerja dapat terjaga sehingga terhindar dari kuman
penyakit yang mungkin berasal dari kambing yang sedang sakit.
Penanganan ternak yang sakit di Instalasi Perbibitan
Rakyat (IPR) sudah cukup baik. Ternak yang mengalami mencret, diobati dengan
cara diberi larutan garam dan gula masing-masing 10 gram dengan air ± 2,5
liter, atau diberikan larutan oralit atau tablet karbon aktif (norit) sebanyak
2 tablet, juga dapat menggunakan daun jambu biji yang sudah ditumbuk.
Kambing yang terserang kudis diobati dengan
menyuntikkan Ivomic ± 2 ml dibawah kulit.Kulit yang terserang digosok dengan
beberapa campuran serbuk belerang, kunyit, dan minyak kelapa yang
dipanaskan.Selain itu, kambing juga harus disuntik hematopan ± 3 ml, untuk
mencegah anemia.
Pemberian Obat pada Ternak yang
Sakit.
Pengobatan pada kambing yang cacingan dilakukan dengan
beberapa cara antara lain diberi obat cacing jenis Albendazole sebanyak 5 ml
secara oral. Obat cacing Dovenix ± 1 ml dan yang disuntikan di bawah kulit
(Ilustrasi 8), atau diberi pelet buah pinang (jambe) tua. Selain itu, ternak
disuntik dengan Hematopan ± 3 ml.
Pengobatan untuk kambing yang terserang kembung dengan
cara memberikan minyak kelapa atau minyak kacang ± 100 ml, menekan perut yang
kembung atau menusuknya antara tulang rusuk dan tulang panggul, mulut ternak
diusahakan tetap terbuka dan ternak dalam posisi berdiri. Ternak disuntik
dengan antibiotika 3 ml dan diberi permethyl 3%, atau minuman bersoda ± 200 ml.
Pengobatan untuk kambing yang terkena penyakit mata
dilakukan dengan cara mengolesi mata dengan salep Terramycin 0,1 %, atau dengan
disemprotkan air garam ke mata ternak secara rutin, bila sudah kronis diberi
obat mata Sofradex.
Penanganan limbah di Instalasi Perbibitan Rakyat ( IPR
), belum maksimal. Limbah padat di peternakan ini hanya di tampung saja, tidak
diolah lebih lanjut.Limbah cair hanya dibuang, belum dikelola dengan baik.
BAB V
KESIMPULAN
DAN SARAN
A. Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diambil dari Praktek Kerja Lapangan di Instalasi
Perbibitan Rakyat adalah tatalaksana pemeliharaan ternaknya sudah dilaksanakan
dengan baik.Hal ini dapat dilihat dari beberapa aspek diantaranya pengadaan
pakan, pengelolaan ternak, pertambahan bobot badan harian, sanitasi,
pengendalian penyakit dan sistem perkandangannya.
B.
Saran
Perlu adanya recording yang lebih jelas agar diketahui
data tentang induk ternak, kebuntingan, dan perkawinannya.Selain itu, limbah
padat dan cair perlu dikelola dengan baik, agar menambah penghasilan.
DAFTAR
PUSTAKA
Anonimus. 2009. Kambing Etawah. Erlangga.http://www.infoternak.com/kambing
kacang(Diakses 17 April 2013)
Blakely, J dan D.H. Blade. 1998. Ilmu Petemakan. Edisi
ke-4. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta. (Diterjemahkan oleh: B.
Srigandono ).
Devendra, C. Dan M. Burns. 1994. Produksi Kambing di
Daerah Tropis. Penerbit ITB, Bandung
Kartadisastra, H.R. 1997. Penyediaan dan Pengelolaan
Pakan Ternak Ruminansia.Cetakan kesatu. Penerbit Kanisius, Yogyakarta.
Jurgens. M. H. 1993. Animal Feeding and
Nutrition.Seventh Edition. Kendall/ Hunt Publishing Company, Dubuque.
Mulyono, S. 2003. Teknik Pembibitan Kambing dan Domba.
Cetakan Ke -V. Penerbit PT Penebar Swadaya, Jakarta.
Mulyono, S dan B. Sarwono. 2005. Penggemukan Kambing
Potong. Cetakan kedua. Penebar Swadaya, Jakarta.
Murtidjo, B.A. 2001. Memelihara Kambing sebagai Ternak
Potong dan Perah. Penerbit Kanisius, Yogyakarta.
Sarwono, B. 2005. Beternak Kambing Unggul. Cetakan Ke
– VIII. Penerbit PT Penebar Swadaya, Jakarta.
Setiawan, T dan A. Tanius. 2003. Beternak Kambing
Perah Peranakan Etawa. Penebar Swadaya, Jakarta.
Siregar, S. B. 1994. Ransum Ternak
Ruminansia. Penebar Swadaya, Jakarta.
Sodiq, A. 2002.Kambing Peranakan Etawa Penghasil Susu
Berkhasiat Obat. Cetakan Pertama. Agromedia Pustaka, Jakarta.
Sosroamijoyo, M. S. 1991. Ternak Potong dan
Kerja.Cetakan Ke-11. CV Yasaguna, Jakarta.
Sugeng, Y.B. 1992. Beternak Sapi Potong.
CV Panebar Swadaya, Jakarta.
Tillman, A. D., H. Hartadi, S. Reksohadiprojo, S.
Prawiro kusuma dan S.Ledbosoekotjo. 1991.
Cetakan ke-5. Ilmu Makanan Ternak Umum. Gadjah Mada
University Press, Yogyakarta.
Williamson, G dan W.J.A. Payne.1993. Pengantar Ilmu
Peternakan di Daerah Tropis. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta
(diterjemahkan oleh S.G.N. D Darmaja).
BAB I.
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Kambing merupakan salah satu komoditas ternak yang
cukup potensial untuk dikembangkan. Ternak ini banyak dipelihara di
pedesaan,karena telah diketahui kemampuannya beradaptasi dengan lingkungannya
yang sederhana, miskin pakan, dan dapat lebih efisien dalam mengubah pakan yang
berkualitas rendah menjadi air susu dan daging. Disamping itu kambing mempunyai
kemmpuan reproduksi relative tinggi dan tahan terhadap serangan penyakit.
Populasi ternak kambing dengan berbagai jenis yang ada
di Jawa Tengah pada tahun 2002 berjumlah 2.974.917 ekor.Populasi ternak kambing
tersebut tersebar dibeberapa kabupaten di Jawa Tengah.Kambing PE ( peranakan ettawa ) pada umumnya pada jumlah populasi yang relatife
lebih kecil, Karenajumlah peternak yang memilih memelihara ternak kambing PE
masih belum banyak. Disisi lain, masih sedikitnya peternak memelihara PE
dikarenakan beberapa hal, antara lain : Bibit kambing etawa harganya relative
lebih mahal, bibitnya sulit diperoleh dan terbatasnya populasi.
Ternak kambing khususnya kambing Peranakan Ettawa
(PE), merupakan salah satu sumberdaya penghasil bahan makanan berupa daging dan
susu yang memiliki nilai ekonomi yang tinggi, dan penting artinya bagi
masyarakat. Seiring hal tersebut peternakan kambing memiliki peluang yang cukup
besar dengan semakin sadarnya masyarakat akan kebutuhan gizi yang perlu segera
dipenuhi.
Peternakan kambing dalam perkembanganya tidaklah semudah
yang kita bayangkan. Banyak hal yang menjadi masalah dalam perkembanganya, beberapa
masalah tersebut adalahPemeliharaan yang masih bersifat tradisional, Terbatasnya ketersediaan bakalan yang merupakan
pengeluaran terbesar dalam suatu proses produksi, Keterbatasan
fasilitas yang menimbulkan efek langsung pada proses produksiManajemen pakan
yang kurang baik.
B.
Tujuan
dan
Kegunaan Praktek Kerja Lapang
Adapun tujuan dan kegunaan Praktek
Kerja Lapang ini adalah sebagai berikut:
1. Tujuan
Adapun tujuan dalam
pelaksanaan praktek kerja lapang ini adalah sebagai berikut:
a.
Mengetahui cara
pemeliharaan kambing PE
b.
Mengetahui cara
pemberian pakan
c.
Mengetahui cara
pengendalian penyakit
2. Kegunaan
Adapun kegunaan
dalam pelaksanaan praktek kerja lapang yaitu
a.
Mampu
merasakan dan menganalisa masalah-masalah yang ada pada usaha peternakan
kambing PE, yang pada gilirannya mampu menerapkan strategi yang tepat untuk
pemecahannya serta memberi tambahan informasi dan wawasan ilmu pengetahuan di
bidang peternakan.
b.
Mahasiswa memiliki pengalaman
praktis dalam kegiatan pengelolaan peternakan kambing PE sebagai bekal kesiapan
mahasiswa dalam menghadapi dunia kerja.
BAB II
TINJAUAN
PUSTAKA
A. Usaha
Beternak Kambing
Kambing banyak dipelihara oleh penduduk pedesaan
(Mulyono, 2003).Dijelaskan lebih lanjut, alasannya pemeliharaan kambing lebih
mudah dilakukan daripada ternak ruminansia besar. Kambing cepat berkembang biak
dan pertumbuhan anaknya juga tergolong cepat besar. Menurut Sarwono (2005),
nilai ekonomi, sosial, dan budaya beternak kambing sangat nyata. Dijelaskan
lebih lanjut, besarnya nilai sumber daya bagi pendapatan keluarga petani bisa
mencapai 14-25 % dari total pendapatan keluarga dan semakin rendah tingkat per
luasan lahan pertanian, semakin besar nilai sumber daya yang diusahakan dari
beternak kambing.
Pendapatan dan nilai tambah beternak kambing akan
semakin nyata jika kaidah-kaidah usaha peternakan diperhatikan. Kaidah-kaidah
itu antara lain penggunaan bibit yang baik, pemberian pakan yang cukup dari
segi gizi dan volume, tatalaksana pemeliharaan yang benar, serta memperhatikan
permintaan dan kebutuhan pasar.
Kambing adalah hewan dwi guna, yaitu sebagai penghasil
susu dan sebagai penghasil daging (Williamson dan Payne, 1993). Kambing PE
adalah bangsa kambing yang paling populer dan dipelihara secara luas di
India dan Asia Tenggara (Devendra dan Burns, 1994). Ciri-ciri kambing PE adalah
warna bulu belang hitam putih atau merah dan coklat putih, hidung melengkung,
rahang bawah lebih menonjol, jantan dan betina memiliki tanduk, telinga panjang
terkulai, memiliki kaki dan bulu yang panjang (Sosroamidjojo, 1991). Kambing PE
telah beradaptasi terhadap kondisi dan habitat Indonesia (Mulyono, 2003).
Mulyono dan Sarwono (2005) menyatakan, bila tata
laksana pemeliharaan ternak kambing yang sedang bunting atau menyusui dan
anaknya baik, maka bobot anak kambing bisa mencapai 10-14 kg/ekor ketika
disapih pada umur 90-120 hari. Menurut Williamson dan Payne (1993), untuk
kambing pedaging ada kecenderungan menunda penyapihan untuk memberikan
kesempatan anak kambing memperoleh keuntungan yang maksimal dari susu induknya.
B. Sistem
Pemeliharaan
Sistem pemeliharaan secara ekstensif umumnya dilakukan
di daerah yang mahal dan sulit untuk membuat kandang, kondisi iklim yang
menguntungkan, dan untuk daya tampung kira-kira tiga sampai dua belas ekor
kambing per hektar (Williamson dan Payne 1993).Sistem pemeliharaan secara
ekstensif, induk yang sedang bunting dan anak-anak kambing yang belum disapih
harus diberi persediaan pakan yang memadai (Devendra dan Burns, 1994).Rata-rata
pertambahan bobot badan kambing yang dipelihara secara ekstensif dapat mencapai
20-30 gram per hari (Mulyono dan Sarwono, 2005).
Sistem pemeliharaan secara intensif memerlukan
pengandangan terus menerus atau tanpa penggembalaan, sistem ini dapat
mengontrol dari faktor lingkungan yang tidak baik dan mengontrol aspek-aspek
kebiasaan kambing yang merusak (Williamson dan Payne 1993).Dalam sistem
pemeliharaan ini perlu dilakukan pemisahan antara jantan dan betina, sehubungan
dengan ini perlu memisahkan kambing betina muda dari umur tiga bulan sampai
cukup umur untuk dikembangbiakkan, sedangkan untuk pejantan dan jantan harus
dikandangkan atau ditambatkan terpisah (Devendra dan Burns, 1994). Pertambahan
bobot kambing yang digemukkan secara intensif bisa mencapai 100-150 gram per
hari dengan rata-rata 120 gram per hari atau 700-1.050 gram dengan rata-rata
840 gram per minggu (Mulyono dan Sarwono, 2005).
Sistem pemeliharaan secara semi intensif merupakan
gabungan pengelolaan ekstensif (tanpa penggembalaan) dengan intensif, tetapi
biasanya membutuhkan penggembalaan terkontrol dan pemberian pakan
konsentrattambahan (Williamson dan Payne 1993).Menurut Mulyono dan
Sarwono (2005), pertambahan bobot kambing yang digemukkan secara semi-intensif,
rata-rata hanya 30-50 gram per hari.
C. Pakan
Menurut Sarwono (2005), kambing membutuhkan hijauan
yang banyak ragamnya. Kambing sangat menyukai daun-daunan dan hijauan seperti
daun turi, akasia, lamtoro, dadap, kembang sepatu, nangka, pisang, gamal, puteri
malu, dan rerumputan.Selain pakan dalam bentuk hijauan, kambing juga memerlukan
pakan penguat untuk mencukupi kebutuhan gizinya.Pakan penguat dapat terdiri
dari satu macam bahan saja seperti dedak, bekatul padi, jagung, atau ampas tahu
dan dapat juga dengan mencampurkan beberapa bahan tersebut.Sodiq (2002)
menjelaskan, ditinjau dari sudut pakan, kambing tergolong dalam kelompok
herbivora, atau hewan pemakan tumbuhan.Secara alamiah, karena kehidupan awalnya
di daerah-daerah pegunungan, kambing lebih menyukai rambanan
(daun-daunan) daripada rumput.
Menurut Kartadisastra (1997), kebutuhan ternak
ruminansia terhadap pakan, dicerminkan oleh kebutuhannya terhadap nutrisi.
Jumlah kebutuhan nutrisi setiap harinya sangat tergantung pada jenis ternak,
umur, fase (pertumbuhan, dewasa, bunting atau menyusui), kondisi tubuh (sehat,
sakit), dan lingkungan tempat hidupnya (temperatur dan kelembaban nisbi udara).
Pakan sangat dibutuhkan oleh kambing untuk tumbuh dan
berkembang biak, pakan yang sempurna mengandung kelengkapan protein,
karbohidrat, lemak, air, vitamin dan mineral (Sarwono, 2005). Pemberian pakan
dan gizi yang efisien, paling besar pengaruhnya dibanding faktor-faktor lain,
dan merupakan cara yang sangat penting untuk peningkatan produktivitas (Devendra
dan Burns, 1994).
D. Perkandangan
Kandang diusahakan menghadap ke
timur agar memenuhi persyaratan kesehatan ternak.Bahan yang digunakan harus
kuat, murah dan tersedia di lokasi.Kandang dibuat panggung dan beratap dengan
tempat pakan dan minum.Dinding kandang harus mempunyai ventilasi (lubang angin)
agar sirkulasi udara lebih baik.
Kambing sebaiknya dipelihara dalam
kandang untuk:
a.
Memudahkan dalam
pengawasan terhadap kambing yang sakit atau yang sedang dalam masa kebuntingan.
b.
Memudahkan dalam
pemberian pakan.
c.
Menjaga keamanan
ternak.
Ukuran Kandang
a.
Anak: 1 X 1,2 m /2 ekor
(lepas sapih)
b.
Jantan dewasa: 1,2 X
1,2 m/ ekor
c.
Dara/ Betina dewasa:1 X
1,2 m /ekor
d.
Induk dan anak: 1,5 X
1,5 m/induk + 2 anak
BAB III
METODE PRAKTEK KERJA LAPANG
A. Waktu dan Tempat Pelaksanaan Praktek Kerja Lapang
Waktu pelaksanaan Praktek Kerja Lapangan (PKL) adalah
selama 45 hari terhitung sejak tanggal 15 Agustus sampai dengan tanggal 30
September 2013.
Tempat pelaksanaan Praktek Kerja Lapangan (PKL)
adalah Dinas pertanian dan peternakan Kabupaten Pinrang, yang kemudian
dialihkan ke kawasan peternakan Kabupaten Pinrang yaitu Instalasi Perbibitan
Rakyat (IPR) Malimpung kecamatan Patampanua Kabupaten Pinrang.
B.
Jenis Dan Bentuk Kegiatan Yang Dilakukan
Adapun jenis dan bentuk kegitan yang dilakukan
adalah sebagai berikut:
1.
Pengenalan Dinas Pertanian dan Peternakan Kab. Pinrang
2.
Melaksanakan program pemeliharaan ternak kambing PE
3.
Pengobatan pada ternak yang sakit.
4.
Sanitasi kandang
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Profil Kabupaten
Pinrang
1. Letak Geografis
Kabupaten Pinrang dengan ibukota
Pinrang terletak 185 km disebelah utara ibukota Propinsi Sulawesi Selatan,
berada pada posisi 3°19’13” sampai 4°10’30” lintang selatan dan 119°26’30”
sampai 119°47’20” bujur timur. Secara administratif, Kabupaten Pinrang terdiri
atas 12 kecamatan, 39 kelurahan dan 65 desa. Batas wilayah Kabupaten ini adalah
sebelah Utara dengan Kabupaten Tana Toraja, sebelah Timur dengan Kabupaten
Sidenreng Rappang dan Enrekang, sebelah Barat Kabupaten Polmas Propinsi
Sulawesi Barat dan Selat Makassar, sebelah Selatan dengan Kota Parepare. Luas
wilayah Kabupaten mencapai 1. 961,77 km².
2. Topografi Wilayah
Kondisi
Topografi wilayah pada umumnya berbukit bukit dengan ketinggian 100 – 2000
meter di atas permukaan laut.
3.
Wilayah Administrasi
Kabupaten
Pinrang terdiri dari 12 Kecamatan meliputi 64 Desa dan 39 kelurahan.
Kabupaten Pinrang memiliki garis pantai sepanjang 93 Km sehingga terdapat areal
pertambakan sepanjang pantai, pada dataran rendah didominasi oleh areal
persawahan, bahkan sampai perbukitan dan pegunungan. Kondisi daerah tersebut di
atas mendukung Kabupaten Pinrang sebagai daerah potensial untuk sektor
pertanian dan memungkinkan berbagai komoditi pertanian (tanaman pangan,
perikanan, perkebuanan dan Peternakan) untuk dikembangkan. Ketinggian wilayah 0 – 500 m diatas
permukaan laut (60, 41%), ketinggian 500 – 1000 m diatas permukaan laut
(19,69%) dan ketinggian 1000 m diatas permukaaan (9,90%).
4.
Keadaan Iklim
Kabupaten
Pinrang dipengaruhi oleh 2 musim pada satu periode yang sama, untuk wilayah
kecamatan Suppa dan Lembang di pengaruhi oleh musim Sektor barat dan lebih
dikenal dengan sektor peralihan dan 10 kecamatan lainnya termasuk sektor timur.
Dimana puncak hujan jatuh pada Bulan April dan Oktober. Berdasarkan data curah
hujan termasuk tipe iklim A dan B (Daerah basah) suhu ratarata normal 270C
dengan kelembaban uadara kurang lebih 80% sampai 85%.
B. Potensi Kabupaten
Pinrang
1.Pertanian
Potensi
sektor pertanian di Kabupaten Pinrang terutama tanaman pangan dengan komoditas
andalan padi, sangat besar sehingga dapat diandalkan sebagai salah satu andalan
stimulator perekonomian daerah ini.Dengan potensi dan keunggulan tersebut
Kabupaten Pinrang ditetapkan sebagai salah satu sentra produksi utama
pengembangan tanaman padi di Sulawesi Selatan.Adapun
lahan panen untuk produksi padi tahun 2008 adalah seluas 85. 259 Ha dan mampu
memproduksi padi sebanyak 540. 115 ton, komoditas lainnya yang juga merupakan
komoditas andalan adalah tanaman palawija seperti jagung. Produksi jagung di
Kabupaten Pinrang Tahun 2008 sebesar 13. 718 ton dengan luas panen 3. 904 Ha.
Sedangkan hortikultura (buahbuahan) sebanyak 185. 749 ton dan
sayur sayuran seluas 1. 326 Ha dengan
produksi sebesar 7. 800 ton.
Luas sawah
46. 615 ha, berpengairan teknis 37. 575 ha (85 %), yang dapat ditanami tanaman
padi dua kali setahun, ratarata luas tanam padi 5 tahun terakhir seluas 86.
305,83 Ha, produktifitas sebesar 60,35 Kw/ha, produksi sebesar 491. 295
ton GKG dan surplus beras sebesar 244. 292 ton/tahun setara beras atau
menyumbang (12%) dari target surplus beras 2 juta ton SulSel. Luas
tanam jagung tahun 2009, seluas 18. 351 ha, produktifitas 57,33 kw/ha, produksi
sebesar 81. 581 ton, (5,4 %) dari target produksi 1,5 juta ton SulSel. Bantuan
benih tahun 2009, bantuan benih langsung (BLBU) tahun 2009 melalui SLPTT padi
non hibrida 4. 500 ha (180 unit), padi hibrida 15. 000 ha, jagung hibrida 3000
ha dan kedele 500 ha, sedang bantuan benih melalui cadangan benih nasional,
padi non hibrida 1. 026 ha, padi gogo 700 ha, jagung 5. 500 ha.
2. Perkebunan
Tanaman perkebunan yang cukup dominan di Kabupaten
Pinrang antara lain kakao yang berproduksi 24. 553 ton dan kelapa (kelapa dalam
dan kelapa hybrida) dengan produksi sebanyak 8. 987 ton (DISTANAK, 2013).
3.
Peternakan
Jenis ternak yang diusahakan petani di Kabupaten
Pinrang yaitu sapi, kerbau, kuda dan
kambing. Sedangkan jenis unggas yaitu ayam buras, ayam ras petelur, ayam ras
pedaging serta itik.
4.
Perikanan dan Kelautan
Potensi sumber daya laut untuk Kabupaten Pinrang yang
mempunyai panjang pantai ± 93 Km sangat berlimpah dengan komoditas andalan
antara lain perikanan laut dan darat khususnya komoditas ikan dan udang.
Produksi udang di Kabupaten Pinrang sebagian besar dipasarkan keluar daerah
antar pulau maupun ekspor dengan produksi perikanan darat tahun 2008 sebesar
880,85 ton dengan luas areal pengusahaan seluas 17. 173,45 Ha yang terdiri dari budidaya
air payau maupun air tawar.
Kabupaten
Pinrang dikenal sebagai salah satu “Lumbung Pangan” di Sulawesi Selatan
sekaligus penghasil udang, ikan bandeng, ikan laut, kakao, kopi, kemiri dan
kelapa. Sebagai daerah pertanian yang memiliki sumberdaya alam yang cukup,
Pinrang juga memiliki kekayaan laut yang membentang sekitar 93 Km dari Parepare
sampai ke Polewali Mandar (Polman) Sulbar dan luas Kabupaten Pinrang
yaitu 1. 961,77 km2. Secara administrasi pemerintahan Kabupaten Pinrang terbagi
atas 12 Kecamatan yaitu Kecamatan Lembang, Batulappa, Duampanua, Cempa,
Patampanua, Tiroang, Paleteang, Watang Sawitto, Mattiro Bulu, Lanrisang,
Mattiro Sompe dan Suppa. dari 12 Kecamatan tersebut terdapat 6 (enam) kecamatan
yang berada di Wilayah Pesisir dan Laut yaitu Kecamatan Lembang, Duampanua,
Cempa, Mattiro Sompe, Lanrisang dan Suppa serta Kabupaten Pinrang memiliki 16
Desa pantai dan 5 Kelurahan pantai. Kabupaten Pinrang dapat dijangkau dengan
menggunakan transportasi darat, jarak tempuh dari Kota Makassar adalah
sepanjang 173 km dengan waktu tempuh sekitar 3,5 jam.
5. Kehutanan
Peranan
hutan erat hubungannya dengan munculnya industri sebagai dimensi baru dalam
kehidupan ekonomi manusia. Saat ini hutan tidak lagi sematamata dipandang
sebagai sumber diperolehnya tanah pertanian baru melainkan sebagai sumber bahan
mentah untuk industri, misalnya kayu, rotan dan damar. Areal hutan yang ada di
Kabupaten Pinrang seluas 72. 828 Ha dengan rincian fungsi yaitu : Hutan lindung
seluas 46. 782 Ha, Hutan produksi terbatas seluas 26. 049 Ha dan lahan kritis
seluas 19. 000 Ha serta untuk pesisr pantai yang memungkinkan untuk
rehabilitasi hutan mangrov sepanjang ± 92 km.
C.
Instalasi Perbibitan Rakyat (IPR) Malimpung
Instalasi Perbibitan Rakyat (IPR) Malimpung merupakan
suatu usaha peternakan yang sedang dikembangkan oleh bidang pengembangan produksi
dan agribisnis peternakan Dinas pertanian dan peternakan Kabupaten Pinrang.
Instalasi Perbibitan Rakyat (IPR) Malimpung sudah masuk dalam tahun anggaran
2011, dan sementara dioperasikan pada tahun 2012.
Adapun komuditas yang sementara dikembang dalam kawasan
Instalasi Perbibitan Rakyat Malimpung ini yaitu jenis sapi potong, Kamping
peranakan Ettawa, dan Ayam KUB .
Luas lahan untuk Instalasi
Perbibitan Rakyat (IPR) ini yaitu seluas 900 m2. Dengan pembagian
lahan masing masing memiliki fungsi tersendiri. Dengan kata lain, dengan luas 9
Ha tersebut dibagi menjadi beberapa bagian area seperti untuk kantor, rumah,
kandang, lahan Hijauan makanan ternak (HMT), Daerah Air Minum (DAM)/ embung dan
padang penggembalaan untuk ternak.
Adapun lokasi Instalasi Perbibitan
Rakyat (IPR) Malimpung ini yaitu tepatnya berada dalam kawasan peternakan
Kabupaten Pinrang yang terletak di desa Malimpung Kecamatan Patampanua
Kabupaten Pinrang. Sebelah selatan Kawasan ini berbatasan langsung dengan
Kecamatan Paleteang, disebelah barat
berbatasan dengan desa Mattiroade, dan disebelah utara dan timur masingmasing
berbatasan dengan desa Sipatuo dan desa Padang Loang.
D.
Pembahasan
Beternak kambing, merupakan salah
satu usaha yang cukup menjanjikan karena;
1.
Tidak memerlukan lahan
yang luas
2.
Memilikidaya adaptasi
yang tinggi terhadap lingkungansehingga mudah dipelihara dan dikembangkan
3.
Untuk berkembang biak
tidak memerlukanwaktu yang lama
4.
Bahan pakan tidak mahal
harganya karena dapat memanfaatkan limbah pertanian. Selain itu kambing
merupakan sumber protein yang bernilai gizi tinggi
E.
Sistem Pemeliharaan
Instalasi Perbibitan Rakyat( IPR )
menggemukan kambing PE jantan untuk penghasil daging dan memelihara kambing PE
betina untuk induk, sebagai penghasil anak. Pemilihan bakalan dilakukan dengan
cara melihat cirinya yang mendekati Ettawa yaitu warna bulu belang hitam putih
atau merah dan coklat putih, hidung melengkung, rahang bawah lebih menonjol,
jantan dan betina memiliki tanduk, telinga panjang terkulai, memiliki kaki dan
bulu yang panjang dan kesehatannya.
Sistem pemeliharaan yang digunakan
di Instalasi Perbibitan Rakyat (IPR) adalah sistem pemeliharaan secara semi intensif
yaitu menempatkan kambing dalam kandang dan mengembalakan , sehingga memudahkan
dalam pemantauan kesehatan ternak dan supaya bisa mencari pakan dipadang
pengembalaan dengan sendirinya.
Anak Kambing yang Dipilih untuk Bakalan.
Untuk memudahkan dalam pengontrolan ternak, di Instalasi
Perbibitan Rakyat sudah mulai melakukan rekording pada ternak.Kegiatan ini
dilakukan untuk memudahkan dalam pengelolaan atau pemeliharaan ternak. Hal-hal
yang dicatat dalam kartu rekording antara lain jenis kelamin, nomor ternak,
penyakit, umur, keadaan ternak dan jenis pakan yang diberikan. Rekording di
peternakan ini masih banyak kekurangannya, antara lain belum ada data tentang
induk ternak, kebuntingan, dan cara perkawinan (IB atau alami)..
F. Pakan
Pakan yang diberikan dapat terdiri dari konsentrat dan dedak
dengan perbandingan1: 3 atau penggabungan beberapa bahan pakandengan
perbandingan dedak sebanyak 50%,bungkil kelapa 25%, tepung jagung 15%, bungkilkacang
tanah 8%, garam dapur 1%, tepung tulang0,5% dan kapur 0,5% sebagai pakan
tambahan.Kambing dapat diberikan rumput-rumput seperti:rumput gajah, rumput
setaria, rumput benggala,rumput raja dan rumput alam dan dedaunan,seperti daun
lamtoro, daun turi, daun gamal, daunkacang dan daun kaliandra.
Pakan hijauan /rumput dapat diberikan sebanyak 15 - 20% dari berat
badankambing. Pakan konsentrat dapat diberikan 0,5kg/ekor/hari untuk memacu
pertumbuhan beratbadan, dapat diberikan growth stimulant (GS)berupa Bio-N-Plus.
Pemberian Pakan
Komposisi rumput dan daunan
untuk kambing :
Kambing dewasa membutuhkan 75% rumput dan25% daunan
Kambing bunting membutuhkan 60% rumput dan40% daunan
Kambing menyusui membutuhkan 50% rumputdan 50% daunan
Kambing Anak lepas membutuhkan 60% rumputdan 40% daunan.
G.
Perkandangan
Sistem
perkandangan di Instalasi Perbibitan Rakyat ( IPR ) adalah sistem perkandangan
kelompok. Kandang merupakan salah satu unsur tata laksana yang harus
mendapatkan perhatian yang cukup. Kandang yang baik akan memberikan dampak
positif baik bagi ternak itu sendiri maupun bagi peternak. Perkembangan ternak
akan optimal karena mempunyai tempat tinggal yang nyaman dan bersih. Pada
akhirnya ternak bisa terhindar dari penyakit karena sanitasi kandang yang baik.
Faktor
yang harus diperhatikan dalam pembuatan kandang adalah suhu, cahaya, ventilasi
dan kelembaban. Artinya kandang cukup mendapat cahaya matahari, mempunyai
ventilasi yang baik dan mendapatkan udara segar yang cukup.
Bahan-bahan
pembuat kandang yaitu lantai, dinding dan tempat pakan harus terbuat dari bahan
yang mudah didapat dan tahan lama.Penempatan kandang cukup jauh dari rumah
penduduk, sehingga kontaminasi dengan kandang semakin kecil.Ukuran kandang
untuk masing-masing status fisiologis kambing juga harus diperhatikan.
Untuk
kandang kambing yang sedang beranak ukurannya 120 cm x 120 cm/ekor; kandang
induk ukurannya 100 cm x 125 cm/ekor; kandang anak ukurannya 100 cm x 125
cm/ekor; kandang pejantan ukurannya 110 cm x 125 cm/ekor dan untuk kandang dara
ukurannya 100 cm x 125 cm/ekor.Untuk kambing yang sakit dibuatkan kandang
terpisah agar penyakitnya tidak menular.
Dalam hal ini kandang memiliki
fungsi sebagai berikut ini:
a. Kandang harus dapat melindungi
kambing dari hewan-hewan pemangsa maupun hewan penganggu.
b. Kandang harus dapat mempermudah
kambing dalam melakukan aktifitas keseharian kambing seperti makan, minum,
tidur, kencing, atau buang kotoran.
c. Kandang dapat mempermudah peternak
dalam melakukan pengawasan dan menjaga kesehatan ternak.
d. Sebagai tindakan preventif agar
supaya kambing tidak merusak taneman dan fasilitas lain yang berada di sekitar
lokasi kandang, serta menghindari terkonsumsinya pakan yang berbahaya bagi
kesehatan kambing.
H. Pengendalian Penyakit
Kegiatan pengendalian penyakit yang dilakukan
meliputi, sanitasi kandang, sanitasi peralatan, sanitasi lingkungan
perkandangan, dan sanitasi pekerja.Kandang dibersihkan setiap satu minggu
sekali.Sanitasi pekerja dilakukan dua kali sehari (mandi) yaitu sebelum dan
sesudah melakukan aktivitas di kandang.Sanitasi pekerja dilakukan agar
kebersihan dan kesehatan pekerja dapat terjaga sehingga terhindar dari kuman
penyakit yang mungkin berasal dari kambing yang sedang sakit.
Penanganan ternak yang sakit di Instalasi Perbibitan
Rakyat (IPR) sudah cukup baik. Ternak yang mengalami mencret, diobati dengan
cara diberi larutan garam dan gula masing-masing 10 gram dengan air ± 2,5
liter, atau diberikan larutan oralit atau tablet karbon aktif (norit) sebanyak
2 tablet, juga dapat menggunakan daun jambu biji yang sudah ditumbuk.
Kambing yang terserang kudis diobati dengan
menyuntikkan Ivomic ± 2 ml dibawah kulit.Kulit yang terserang digosok dengan
beberapa campuran serbuk belerang, kunyit, dan minyak kelapa yang
dipanaskan.Selain itu, kambing juga harus disuntik hematopan ± 3 ml, untuk
mencegah anemia.
Pemberian Obat pada Ternak yang
Sakit.
Pengobatan pada kambing yang cacingan dilakukan dengan
beberapa cara antara lain diberi obat cacing jenis Albendazole sebanyak 5 ml
secara oral. Obat cacing Dovenix ± 1 ml dan yang disuntikan di bawah kulit
(Ilustrasi 8), atau diberi pelet buah pinang (jambe) tua. Selain itu, ternak
disuntik dengan Hematopan ± 3 ml.
Pengobatan untuk kambing yang terserang kembung dengan
cara memberikan minyak kelapa atau minyak kacang ± 100 ml, menekan perut yang
kembung atau menusuknya antara tulang rusuk dan tulang panggul, mulut ternak
diusahakan tetap terbuka dan ternak dalam posisi berdiri. Ternak disuntik
dengan antibiotika 3 ml dan diberi permethyl 3%, atau minuman bersoda ± 200 ml.
Pengobatan untuk kambing yang terkena penyakit mata
dilakukan dengan cara mengolesi mata dengan salep Terramycin 0,1 %, atau dengan
disemprotkan air garam ke mata ternak secara rutin, bila sudah kronis diberi
obat mata Sofradex.
Penanganan limbah di Instalasi Perbibitan Rakyat ( IPR
), belum maksimal. Limbah padat di peternakan ini hanya di tampung saja, tidak
diolah lebih lanjut.Limbah cair hanya dibuang, belum dikelola dengan baik.
BAB V
KESIMPULAN
DAN SARAN
A. Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diambil dari Praktek Kerja Lapangan di Instalasi
Perbibitan Rakyat adalah tatalaksana pemeliharaan ternaknya sudah dilaksanakan
dengan baik.Hal ini dapat dilihat dari beberapa aspek diantaranya pengadaan
pakan, pengelolaan ternak, pertambahan bobot badan harian, sanitasi,
pengendalian penyakit dan sistem perkandangannya.
B.
Saran
Perlu adanya recording yang lebih jelas agar diketahui
data tentang induk ternak, kebuntingan, dan perkawinannya.Selain itu, limbah
padat dan cair perlu dikelola dengan baik, agar menambah penghasilan.
DAFTAR
PUSTAKA
Anonimus. 2009. Kambing Etawah. Erlangga.http://www.infoternak.com/kambing
kacang(Diakses 17 April 2013)
Blakely, J dan D.H. Blade. 1998. Ilmu Petemakan. Edisi
ke-4. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta. (Diterjemahkan oleh: B.
Srigandono ).
Devendra, C. Dan M. Burns. 1994. Produksi Kambing di
Daerah Tropis. Penerbit ITB, Bandung
Kartadisastra, H.R. 1997. Penyediaan dan Pengelolaan
Pakan Ternak Ruminansia.Cetakan kesatu. Penerbit Kanisius, Yogyakarta.
Jurgens. M. H. 1993. Animal Feeding and
Nutrition.Seventh Edition. Kendall/ Hunt Publishing Company, Dubuque.
Mulyono, S. 2003. Teknik Pembibitan Kambing dan Domba.
Cetakan Ke -V. Penerbit PT Penebar Swadaya, Jakarta.
Mulyono, S dan B. Sarwono. 2005. Penggemukan Kambing
Potong. Cetakan kedua. Penebar Swadaya, Jakarta.
Murtidjo, B.A. 2001. Memelihara Kambing sebagai Ternak
Potong dan Perah. Penerbit Kanisius, Yogyakarta.
Sarwono, B. 2005. Beternak Kambing Unggul. Cetakan Ke
– VIII. Penerbit PT Penebar Swadaya, Jakarta.
Setiawan, T dan A. Tanius. 2003. Beternak Kambing
Perah Peranakan Etawa. Penebar Swadaya, Jakarta.
Siregar, S. B. 1994. Ransum Ternak
Ruminansia. Penebar Swadaya, Jakarta.
Sodiq, A. 2002.Kambing Peranakan Etawa Penghasil Susu
Berkhasiat Obat. Cetakan Pertama. Agromedia Pustaka, Jakarta.
Sosroamijoyo, M. S. 1991. Ternak Potong dan
Kerja.Cetakan Ke-11. CV Yasaguna, Jakarta.
Sugeng, Y.B. 1992. Beternak Sapi Potong.
CV Panebar Swadaya, Jakarta.
Tillman, A. D., H. Hartadi, S. Reksohadiprojo, S.
Prawiro kusuma dan S.Ledbosoekotjo. 1991.
Cetakan ke-5. Ilmu Makanan Ternak Umum. Gadjah Mada
University Press, Yogyakarta.
Williamson, G dan W.J.A. Payne.1993. Pengantar Ilmu
Peternakan di Daerah Tropis. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta
(diterjemahkan oleh S.G.N. D Darmaja).
PUSAT SARANA BIOTEKNOLOGI AGRO
BalasHapusmenyediakan Methyl testosteron untuk keperluan penelitian, laboratorium, mandiri, perusahaan .. hub 081805185805 / 0341-343111 atau kunjungi kami di https://www TOKOPEDIA.com/indobiotech temukan juga berbagai kebutuhan anda lainnya seputar bioteknologi agro
CV Bahagia Sukses Makmur adalah Perusahaan yang bergerak dalam bidang jasa dan sewa Tenda Roder / Hanggar serta tenda lainnya. Kami memproduksi tenda dengan ukuran standard ataupun custom untuk kebutuhan gudang, marketing, event, wedding (pernikahan), party, DLL.
BalasHapusTenda Roder Putih dan Tenda Transparan
Tenda Roder Putih
Salah satu yang cukup sering digunakan adalah tenda roder dengan penutup PVC putih, Jenis tenda ini menjadi pilihan bagi anda yang ingin mengadakan acara yang bersifat komersil atau lebih provasi.
Selain untuk event sendiri tenda ini juga sering digunakan sebagai tenda rumah sakit, tenda covid, tenda gudang tenda posko kemanan ataupun darurat.
Tenda Transparan
Tenda transparan ini dapat memberikan penerangan yang lebih maksimal dari pada tenda roder putih karena cahaya dapat masuk lebih banyak banyak ke dalam tenda ini. Tenda jenis ini memiliki kesan yang lebih arkistik dan elegan, sangat cocok untuk anda yang memimginkan tampilan cantik pada saat acara dilangsungkan.
Pada umumnya tenda ini sering digunakan untuk acara event, wedding (pernikahan), party, bazar, pameran, DLL
Spesifikasi
Spesifikasi Tenda Roder
1. Menggunakan PVC 850 blackout untuk atap nya, Dan bahan dindingnya ada 550, 410, 880 dan 850.
Bisa disesaikan dengan kebutuhan ataupun keinginan anda.
Blackouk sendiri tahan terhadap sinar UV matahari, Sehingga saat berada didalam tenda anda akan merasa nyaman.
2. Memiliki Ukuran yang besar
Kami memiliki beberapa ukuran bentangan yaotu 10 m, 15m dan 20 m dengan panjang kebelakang dapat disesuaikan dengan kebutuhan anda.
3. Menggunakan rangka allumunium yang tahan terhadap karat.
4. Cocok digunakan untuk segala jenis acara
Spesifikasi rangka tenda Roder
1. Bentangan 10
memiliki tebal 65 x 100 x 4 mm
2. bentangan 15
memiliki tebal 85 x 120 x 4 mm
3. Bentangan 20
memiliki tebal 100 x 200 x 4 mm
*tingginya 3 m untuk bentangan 10 dan 15. Serta 4 m untuk bentangan 20.
Perusahaan kami telah berpengalaman dalam Membuat berbagai macam tenda. Silahkan hubungi 0811 1252 0824 RAHMA
Office: Ruko Cendana Raya No. 15A, Bencongan Indah, Karawaci, Tangerang.
SENIN - SABTU / 08.00 - 17.00
Anda juga dapat menghubungi kami di :
https://lnkd.in/eTPgh8XB
https://lnkd.in/dbuxz9zs
Twitter : @TangerangRoder
Instagram : @tendapameranjakarta
Instagram : @tendagudangjakarta
SHOPEE : @https:tendarodertangerang
TOKOPEDIA :@partisipameran23